Langsung ke konten utama

Sayap Garuda Sedang Terluka

Tulisan ini pernah dimuat di Football-tribe.com , 18 Oktober 2019

                  https://football-tribe.com/indonesia/2019/10/18/sayap-garuda-sedang-terluka/

15 Oktober 2019 mungkin akan menjadi salah satu hari paling kelam bagi pecinta sepakbola Indonesia. Hasil akhir pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Indonesia vs Vietnam adalah alasan nya. Timnas Garuda lagi-lagi harus menelan kekalahan atas lawan nya di grup G. Kali ini Vietnam menghukum dengan 3 gol berbalas 1. Kekalahan ke 4 di beruntun di ajang ini membuat Indonesia semakin terbenam di dasar klasemen grup dengan poin 0, hanya memasukkan 3 gol ke gawang lawan, dan sudah kebobolan 14 gol! Yang lebih miris, Indonesia selalu kebobolan minimal 3 gol, 2-3 vs Malaysia, 0-3 vs Thailand, 5-0 vs UEA, dan 1-3 vs Vietnam. Tak hanya hasil akhir yang tak berpihak, secara permainan sepanjang 90 menit juga mengecewakan. Timnas selalu tertekan, bemain seperti tanpa pola, dan chemistry antar pemain tidak tejalin, padahal timnas sebelumnya sudah melakoni 3 pertandingan fase grup dan semalam menjadi pertandingan kandang ke 3 bagi timnas.

Pertandingan berjalan tak sesuai harapan. Sedari menit awal, timnas seperti laga-laga sebelumnya selalu bermain bertahan dan tidak menekan lawan, seolah membiarkan lawan mendikte permainan. Kemudian tidak adanya kreatifitas baik di lini tengah maupun sayap, membuat Beto yang dipatok menjadi striker tak banyak berkutik bahkan beberapa kali harus turun menjemput bola. Penampilan perdana Otavio Dutra sebagai palang pintu di lini pertahanan timnas juga tak terlalu istimewa. Bahkan satu pelanggaran nya di menit akhir pertandingan membuahkan penalti ke dua bagi Vietnam. Beruntung M.Ridho berhasil menepis tendangan pemain Vietnam sehingga skor tetap 1-3 hingga akhir pertandingan. Pemain lain yang juga patut disoroti yakni Yanto Basna. Bertindak sebagai Kapten, Basna justru tampil jauh dari harapan. Sempat melakukan blunder pada menit awal yang hampir berbuah gol bagi Vietnam, gagal menyapu bola dan berujung gol pertama Vietnam, serta menjadi penyebab lahir nya penalti pertama bagi Vietnam, merupakan beberapa catatan negatif Basna semalam. Lilipaly yang selalu mendapat panggilan di 4 pertandingan timnas, juga seolah kehilangan magis nya seperti saat Asian Games 2018 ataupun ketika membela Bali United di liga. Bahkan 2 kiper penghuni 2 klub peringkat atas di Liga, juga tak berkutik dalam 2 match terakhir. Wawan Hendrawan kebobolan 5 gol ketika melawan UEA, dan M.Ridho goalie Madura United juga semalam tak kuasa memungut bola sebanyak 3x dari gawang nya.

Menghimpun dari footystats.org , pada pertandingan semalam Indonesia hanya mampu melepaskan total 8 shots, setara dengan 50% tembakan Vietnam ke arah gawang Indonesia yakni 16 shots. Hal mencolok lain nya yang patut menjadi perhatian yakni jumlah fouls. Timnas Vietnam total hanya melakukan pelanggaran sebanyak 7x, sedangkan timnas Indonesia hampir 3x lipat nya, yakni 20x, keadaan yang mencerminkan betapa pemain timnas sangat “jorok” dalam melakukan perebutan bola. Pelanggaran ini pula yang menghasilkan 2 penalti untuk Vietnam yang mana salah satu nya berhasil menjadi gol.

Dengan hasil kekalahan atas Vietnam, Indonesia mensejajarkan diri dengan Guam, Chinese Taipei,Myanmar, dan Sri Lanka sebagai tim juru kunci yang belum memperoleh poin dan selisih gol dengan margin besar. Sungguh miris jika melihat 3 lawan di fase grup yang merupakan rival yang sudah sering dihadapi di kawasan Asean dan di atas kertas dapat kita diatasi. Namun nasi sudah menjadi bubur, tak elok berlarut-larut dalam keterpurukan, untuk saat ini mari kita tunggu keputusan dari PSSI, apakah akan tetap mempertahankan Simon McMenemy sebagai pelatih kepala sampai usai fase kualifikasi, atau kita akan melihat nahkoda baru di partai kontra Malaysia, November mendatang.

 Tulisan ini pernah dimuat di football-tribe.com pada 18 Oktober 2019 https://football-tribe.com/indonesia/2019/10/18/sayap-garuda-sedang-terluka/           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alfred Riedl dan Indonesia

Alfred Riedl. Siapa yang tak kenal dengan sosok satu ini terutama bagi pecinta sepakbola timnas Indonesia. Selasa waktu Austria, Alfred Riedl menghembuskan nafas terakhirnya. Kenangan akan sosok bertangan dingin kala membesut timnas Garuda kembali muncul. Kala pertama kali menukangin timnas berlaga di AFF 2010, semua mata langsung tertuju padanya. Kemampuan mengolah taktik dan disiplin terhadap pemain mampu menghadirkan permainan yang cantik diperagakan Irfan Bachdim dan kolega. Meluluhlantakkan Malaysia 5-1 di laga pembuka dan menyingkirkan Thailand 2-1 menjadi bukti. Meski pada akhir turnamen gelar runner up yang berhasil di capai, timnas ini dianggap menjadi salah satu timnas Indonesia terbaik pada dekade ini.  Riedl menjadi sosok yang begitu dicintai publik sepakbola tanah air. Di tengah ketidakberesan federasi setiap tahun, sosok berusia 70 tahun tersebut tetap bersedia menukangi timnas. AFF 2014 menjadi kesempatan kedua beliau. Naas, tak lolos fase grup serta untuk pertama k...

Lekas Terbang Tinggi Super Elja!

Tulisan ini pernah dimuat di Football-tribe.com , 26 Maret 2020 https://football-tribe.com/indonesia/2020/03/26/lekas-terbang-tinggi-super-elja/ Musim liga 1 2020 menjadi musim kedua bagi Super Elang Jawa, PSS Sleman mentas di kasta teratas. Harapan tampil lebih baik dari musim sebelum nya tentu disematkan kepada sang kebanggaan. Finish di posisi 8 akhir kompetisi, manajemen menargetkan musim 2020 untuk finis di 5 besar. Namun, agak nya harapan itu sulit untuk terealisasi. Bukan tanpa sebab jika melihat komposisi solid pemain PSS musim lalu justru hengkang satu per satu tak terkecuali nahkoda tim Seto Nurdiyantoro. Brian Ferreira, Haris Tuharea, Kushedya Hari Yudho, menjadi segelintir pemain yang memilih membela panji tim lain. Sedangkan Seto bergabung dengan tim tetangga PSIM Yogyakarta. Hal ini yang membuat beberapa Sleman Fans geram terhadap kinerja manajemen yang tidak serius mempertahankan pemain kunci. Problematika lain yakni manajemen dan jajaran PT.PSS belum secara s...

Tell the World, We are CHAMPIONS of England!

Penantian selama 30 tahun terbayar sudah. Hari ini, 26 Juni 2019 dinihari waktu Indonesia Liverpool Football Club meraih trophy liga nya yang ke 19 atau yang pertama di era Premier League. Kepastian juara Liverpool ditentukan oleh kemenangan Chelsea atas Manchester City yang berada di ranking 2 klasemen. Dengan laga yang menyisakan 7 pertandingan, secara matematis City tidak dapat mengejar Liverpool di posisi teratas klasemen dengan koleksi 86 poin saat ini. Gelar ini melengkapi 3 gelar Continental yang direngkuh The Reds musim lalu, UEFA Champions League, UEFA Super Cup, dan FIFA Club World Cup. Trophy juara Liga musim 2019/2020 juga menjadi penebus kegagalan Henderson dan kolega meraih nya pada musim lalu yang harus puas menjadi runner up dengan selisih 1 poin saja dari juara Manchester City. and once again, Thank you Liverpool. Thank you Jurgen Klopp. Thank you for all the players. Thank you for all the staff. and thank you for all the Kopites all around the world! Tell the World, W...